Tampilkan postingan dengan label teori. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label teori. Tampilkan semua postingan

Curiosity Temukan Objek Mirip Helm Perang Dunia Di Planet Mars

http://astronesia.blogspot.com/
Astronesia-Berikut ini adalah foto benda yang mirip dengan helm prajurit atau tentara saat perang dunia I & II yang ditemukan Curiosity di planet Mars.

Seperti yang di lansir dari ufosightingsdaily.com,berikut kutipannya

"Sekarang sebelum saya berbicara tentang ini, izinkan saya mengingatkan Anda bahwa NASA memang mengumumkan pada bulan Maret 2013 bahwa "Mars kuno bisa mendukung kehidupan" (klik di sini untuk melihat).Sekarang para ilmuwan sedang mencari bukti bahwa kehidupan cerdas pernah ada di sana.

http://astronesia.blogspot.com/

Aku memeriksa foto resmi dari NASA dan tampak sebuah benda yang mirip helm itu ada disana.Objek tersebut  memang terlihat mirip dengan helm yang digunakan saat perang dunia 1 dan 2 meskipun dilapisi dengan debu dan pasir." SCW

Sumber foto original NASA klik disini




Sumber :  ufosightingsdaily.com

Asteroid Besar Apophis 99942 Diprediksi Akan Menabrak Bumi Tahun 2068

http://astronesia.blogspot.com/
Perbandingan asteroid Apophis 99942 dengan gedung tinggi di dunia

Astronesia-Ilmuwan NASA mengamati pergerakan asteroid dengan kode nama Apophis 99942. Asteroid berukuran 325 meter (1.066 kaki) kabarnya akan menghantam Bumi di 2068.

Dilansir Rian.ru, Senin (25/2/2013), ilmuwan dari badan antarik asal Amerika Serikat ini kabarnya akan melintasi dekat Bumi di 2029 dan 2036. Akan tetapi, di 2068, jalur asteroid ini kemungkinan akan tepat mendarat di Bumi.

Kemungkinan mendarat di Bumi memang sangat tipis. Namun, apabila benar-benar jatuh ke permukaan Bumi, dampak kerusakannya bisa cukup signifikan.

Asteroid dekat Bumi telah menjadi fokus perhatian setelah ditemukannya pada Desember 2004. Benda luar angkasa ini memiliki probabilitas (kemungkinan) dampak terhadap Bumi pada April 2029.

Meskipun demikian, berdasarkan pengukuran arsip gambar dari teleskop, kemungkinan dampak potensial juga bisa terjadi di tahun-tahun berikutnya setelah 2.029 terlalui. Ilmuwan sampai saat ini masih melakukan observasid atau pemantauan.

Berdasarkan pengukuran posisi radar dan optik yang dibuat pada 2004 sampai 2012. Asteroid ini akan melewati Bumi di 2029 dengan jarak terdekat dengan Bumi sejauh 750 kilometer.

Pada jarak tersebut, gravitasi Bumi dapat membelokkan asteroid dari jalurnya. Namun, imbas berikutnya, objek tersebut akan kian mendekati Bumi hingga beberapa dekade berikutnya.

Lintasan asteroid yang terpengaruh seperti ini, mengharuskan Apophis melewati Bumi pada ketinggian yang tepat. Istilah ini dikenal sebagai keyhole (lubang kunci), di mana pada 2029 akan memungkinkan asteroid ini untuk bergerak ke jalur selanjutnya.

"Laporan baru, yang tidak menggunakan pengukuran radar 2013 mengidentifikasi lebih dari selusin lubang kunci yang jatuh dalam rentang kemungkinan jarak pertemuan di 2029," jelas ilmuwan Davide Farnocchia.

Sumber: Okezone.com

Mengenal Sistem Penamaan Asteroid


Astronesia-Seperti halnya penamaan bintang atau planet, penamaan asteroid pun memiliki tata cara tertentu. Ada asteroid 4 Vesta, ada asteroid 99942 Apophis ada pula asteroid yang dinamai 2012 Da14.

Astronom amatir Ma'rufin Sudibyo, mengatakan, "Pemberian nama untuk benda-benda luar angkasa tidak bisa dilakukan sembarangan. Ada badan khusus yang berwenang melakukan itu.”

Badan yang dimaksud adalah International Astronomical Union (IAU). IAU merupakan wadah tempat berkumpulnya peneliti dan pakar astronomi dunia. Hingga kini, IAU memiliki 10.871 anggota perorangan dari 93 negara. Dari ke-93 negara itu, 73 diantaranya adalah negara anggota.

Nama benda luar angkasa tak serta merta langsung diberikan. Sesaat setelah berhasil diamati dan terdeteksi, benda itu diberi kode sebagai nama sementara (provisional designation).

Pemberian kode ini bertujuan untuk mempemudah proses dokumentasi dan pengelompokan benda luar angkasa tersebut. Sistem ini berlaku untuk semua objek luar angkasa yang teramati, termasuk asteroid.

Pemberian kode pun memiliki arti tertentu. Sebagai contoh nama asteroid 2012 DA14, yang melintas dekat bumi pada Sabtu dini hari lalu punya arti tertentu.

“2012” menandakan tahun teramatinya asteroid tersebut. Huruf “D” berarti asteroid tersebut terdeteksi antara tangga 16 – 29 Februari," urai Ma'rufin saat dihubungi Kompas.com, Selasa (19/2/2013).

"Sedangkan huruf kedua menandakan urutan obyek yang berhasil terdeteksi pada pertengahan bulan itu. Terakhir angka “14” bermakna kode “DA” pada asteroid ini adalah urutan ke-14," tambahnya.

Pada kasus 2012 DA14, berarti asteroid tersebut adalah asteroid pertama yang terdeteksi pada bulan Februari tahun 2012 antara tanggal 16-29 februari. Asteroid 2012 DA14 terdeteksi pertama kali oleh peneliti di Observatorio Astronomica de la Sagra, Spanyol tanggal 16 Februari 2012.

Asteroid yang memiliki nama "panggilan" seperti Apophis dan Vesta berarti orbitnya telah diketahui.

Contoh, asteroid Apophis saat ditemukan pertama kali dinamai 2004 MN4. Artinya, asteroid ini ditemukan pada tahun 2004. Asteroid kemudian memperoleh nomor permanen 99942 setelah orbitnya diketahui. Setelah itu, barulah nama "panggilan" ditetapkan, yakni Apophis. 

Sumber: Kompas

Kenapa Ledakan Meteor Rusia Tidak Terprediksi Sebelumnya?

http://astronesia.blogspot.com/
Ilustrasi

Astronesia-Teknologi antariksa manusia masa kini, terutama dari negara maju seperti Amerika Serikat dan Rusia, mampu mendeteksi benda antariksa yang berpotensi untuk menumbuk Bumi. Tapi, pada peristiwa ledakan meteor di Rusia Jumat (15/2/2013), manusia rupanya "kecolongan".

Pertanyaannya sekarang, mengapa manusia dan teknologinya bisa kecolongan?

“Tidak terdeteksinya meteor yang meledak di Rusia mungkin karena keterbatasan sistem yang ada saat ini dalam mendeteksi benda-benda langit berukuran kecil dengan jarak yang jauh,” kata Dr. Hakim L. Malasan, ahli Astronomi ITB, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (17/2/2013).
Hakim mengungkapkan, benda angkasa dikategorikan kecil bila ukurannya kurang dari 30 meter.

Hal yang sama juga dikemukanan astrofisikawan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin. “Ukuran asteroid yang terlalu kecil membuat keberadaannya sulit terdeteksi,” katanya.

Thomas mengungkapkan, obyek luar angkasa yang berada di dekat bumi saat ini dideteksi menggunakan metode optik. Deteksi obyek dengan metode ini didasarkan pada kecerlangan obyek tersebut. Metode ini memiliki keterbatasan dalam mendeteksi benda-benda luar angkasa yang berukuran kecil.

“Mendeteksi asteroid berukuran kecil itu sulit karena objek tersebut sangat redup apalagi kalau jaraknya jauh dari Bumi, sehingga sering luput dari pengamatan," papar Thomas yang juga dihubungi hari ini.

"Kalaupun terdeteksi, biasanya asteroid tersebut sudah berada pada jarak yang sangat dekat dengan Bumi dan kita sulit berbuat banyak untuk menghindarinya. Berbeda dengan asteroid 2012 DA14 yang relatif mudah dikenali,” tambahnya.

Asteroid 2012 DA14 diketahui melintas dekat Bumi pada Sabtu (16/2/2013) dini hari waktu Indonesia.

Menurut Thomas, asteroid berukuran relatif kecil yang berpotensi menghantam Bumi memang pernah terdeteksi. Sayangnya, ini cuma secara tak sengaja. Asteroid itu menghantam Bumi pada tahun 1008, tepatnya di wilayah Sudan, Afrika.

Asteroid yang jatuh di Sudan berukuran lebih kecil, diameterya hanya 6 meter. Diperhitungkan, asteroid jatuh 19 jam setelah terdeteksi. Lokasi tumbukan juga sudah ditentukan. Dan, tumbukan memang terjadi sesuai prediksi.

Thomas menambahkan, selain ukuran yang kecil, kecepatan meteor ketika jatuh ke Bumi juga menjadi salah satu faktor tidak terdeteksinya meteor yang meledak di Rusia.

“Kecepatan rata-rata asteroid saat jatuh bisa mencapai 20 – 30 km/detik atau setara 70.000 km – 100.000 km/jam. Karenanya bila asteroid teridentifikasi pada jarak 2 juta km, itu artinya asteroid tersebut sudah sangat dekat dengan Bumi,” ujar Thomas.

Informasi yang terbaru dari portal resmi NASA ukuran meteorit yang meledak di Rusia sebesar 17 meter (sebelumnya 15 meter) dengan bobot 10.000 ton. Meski digolongkan berukuran kecil, meteorit ini ukurannya lebih besar bila dibandingkan dengan meteor yang jatuh di lepas Pantai Bone tahun 2008 lalu. Ledakannya menyebabkan 200.000 meter persegi kaca pecah di lokasi bencana, dan melukai sekitar 1.200 orang.

Hakim dan Thomas menerangkan, kerusakan yang terjadi di lokasi bukan diakibatkan oleh tumbukan atau serpihan meteor, akan tetapi pleh gelombang kejut yang muncul ketika meteor tersebut meledak. 

Sumber : Kompas.com

Simulasi Komputer Menjelaskan Asal Tata Surya Kita

http://astronesia.blogspot.com/
Ilustrasi tata surya

Astronesia-Menggunakan bantuan simulasi komputer, astrofisika Martin Jutzi menunjukkan bagaimana tubrukan benda angkasa dapat membentuk struktur internal bernama protoplanets. Simulasi komputer ini juga dapat memperlihatkan asal usul sistem tata surya.

Dilansir Machineslikeus, Kamis (14/2/2013), model simulasi ini dapat memberikan gambaran tentang bagaimana pengembangan sistem tata surya. Studi ini diterbitkan dalam jurnal Nature.

Empat dan setengah miliar tahun lalu, partikel debu raksasa serta awan gas berdebu bergabung untuk membentuk gumpalan yang semakin besar. Hasil tubrukan ini, dikumpulkan dan kemudian berkembang menjadi planet.

Ratusan ribu fragmen kecil tetap beredar. Material ini membentuk apa yang dinamakan dengan sabuk asteroid dan tetap berada pada komposisinya. Asteroid mengandung sejumlah informasi pada asal mula sistem tata surya.

Dalam penelitian, perhatian khusus diberikan untuk asteroid bernama Vesta. Vesta memiliki diameter sekira 500 kilometer. Asteroid ini merupakan salah satu dari tiga asteroid besar dan dianggap sebagai protoplanet.

Menggunakan simulasi komputer tiga dimensi, Martin Jutzi dari Center for Space and Habitability (CSH) di University of Bern bisa mengonstruksi bagaimana tubrukan Vesta dengan asteroid lain. Peristiwa tubrukan ini diyakini terjadi lebih dari miliaran tahun lalu.

Simulasi ini bisa menunjukkan komposisi dan properti dari interior Vesta. Ini bisa membantu untuk lebih memahami evolusi tata surya. "Metode kami memfasilitasi analisis terutama gambar informatif dan data pengukuran data dari misi luar angkasa," ujar Martin Jutzi.

Sumber : Okezone

Objek Berbentuk Kadal Ditemukan Di Planet Mars

http://astronesia.blogspot.com/

Astronesia-Keanehan kembali ditemukan di planet Mars.Kali ini robot Curiosity berhasil mengabadikan sebuah batu yang bentuknya mirip kadal pada sol 173.

Dilansir dari situs alien disclosure group menyebutkan :

"Keanehan lain kembali tertangkap oleh Curiosity Mars.Apapun objek ini,dia tampak memperhatikan suasana disekitarnya.Bisa menjadi sebuah formasi batu yang aneh,tapi batu ini terlihat sangat mirip dengan beberapa jenis makhluk hidup.Jika anda memperbesar gambarnya,akan tampak cukup jelas kaki atau cakar serta bayangan dibawahnya.Ini menunjukkan pelengkap yang menonjol keluar dari tubuh utama, pernah melihat batu seperti itu sebelumnya!".


Unik ya batunya,tapi semua itu kembali kepada anda yang menilainya.Karena kami hanya sekedar berbagi ajj :)





Sumber:  alien-disclosure-group.com
 

Komet Bukan Penyebab Kehancuran Kebudayaan Manusia Purba

http://astronesia.blogspot.com/
Ilustrasi

Astronesia-Ledakan komet bukanlah penyebab kehancuran kebudayaan manusia prasejarah. Kebudayaan manusia purba yang dinamakan Clovis ini diyakini berkembang di 13 ribu tahun lalu di Amerika Utara.

Dilansir Spacedaily, Senin (4/2/2013), peneliti dari Royal Holloway University, Sandia National Laboratories dan sejumlah peneliti universitas lainnya di Amerika Serikat dan Eropa, menemukan bukti bahwa dampak besar atau ledakan udara bisa menyebabkan perubahan yang signifikan.

Perubahan ini salah satunya mengakibatkan perubahan iklim yang terjadi di Bumi. Akan tetapi, peneliti perlu menemukan bukti yang menunjukkan bahwa komet bukanlah penyebab kehancuran budaya manusia purba.

Clovis merupakan budaya manusia purba yang ada di benua Amerika Utara. Nama Clovis diambil dari nama kota yang ada di New Mexico. Diketahui kota tersebut merupakan situs tempat ditemukannya alat-alat batu di era 1920 dan 1930an.

Para peneliti berpendapat, tidak ada kawah yang muncul akibat mendaratnya komet di Bumi pada 13 ribu tahun lalu. Selain itu, peneliti juga mengungkapkan bahwa tidak ditemukan material yang berkaitan dengan komet dalam sedimen tanah di situs Clovis tersebut.

"Teori telah mencapai status 'zombie'. Setiap kali kami mampu menunjukkan kekurangan dan berpikir (teori) ini sudah mati," ungkap Profesor Andrew Scott dari Department of Earth Sciences di Royal Holloway.

Ia menjelaskan, teori yang ada saat ini adalah "keliru". Peneliti berharap versi terbaru mampu menunjukkan bukti terkait berakhirnya budaya manusia prasejarah.

"Semoga versi baru dan teori akan lebih hati-hati untuk diperiksa sebelum (teori tersebut) diterbitkan," pungkasnya.

Sumber: Okezone.com

Kenapa Planet Kita Dinamakan Earth Dan Bumi?


Astronesia-Satu fakta menarik tentang Bumi.Bumi adalah satu-satunya planet yang tidak dinamai menggunakan nama dewa atau dewi Yunani dan Romawi kuno.Seperti nama Jupiter yang berasal dari Raja para dewa Romawi atau Planet Mars yang diambil dari nama dewa perang Romawi.

Dilansir dari coolcosmos,kata Earth berasal dari bahasa inggris dan jerman yang berarti tanah .Kata Earth diambil dari bahasa inggris kuno 'EOR (th) e' dan 'ertha'.Sedangkan dalam bahasa jerman disebut 'erde'.Tapi tak ada yang tahu siapa yang pertama kali mengkombinasikan kata itu sehingga membentuk kata 'Earth'.

Kata 'Earth' di perkirakan sudah berusia 1000 tahun.

Sedangkan di indonesia,planet kita disebut Bumi.Penggunaan kata Bumi dalam bahasa indonesia sudah dimulai sejak jaman kerajaan dulu, yaitu berasal dari bahasa Sansekerta yakni “Bhumi” yang berarti “Tanah".

Yaah., di berbagai negara, punya cara tersendiri untuk menamai planet kita ini, namun ujung2nya cuma mengarah pada satu arti kata yaitu “tanah” .

Nah itulah alasan mengapa nama planet kita ini disebut Earth dan Bumi karena pada umumnya planet kita memiliki tanah yang menjadi sumber kehidupan setiap mahluk hidup yang ada di dunia ini.

Sumber : -Coolcosmos.ipac.caltech.edu
                - tanyakenapa.staff.ub.ac.id

Ledakan Sinar Gamma Bisa Ancam Kehidupan di Bumi

http://astronesia.blogspot.com/
Ilustrasi ledakan sinar gamma

Astronesia-Ledakan sinar gamma, yang merupakan ledakan paling kuat yang terjadi di luar angkasa, pernah menerpa Bumi di abad ke-8. Penelitian yang dilakukan di 2012, menemukan bukti ledakan radiasi yang berlangsung di Abad Pertengahan.

Dilansir BBC, Senin (21/1/2013), ilmuwan masih meneliti peristiwa kosmik seperti apa yang menyebabkan terjadinya ledakan sinar gamma tersebut. Studi terbaru menunjukkan, terjadinya ledakan gamma tersebut dihasilkan dari dua lubang hitam atau bintang neutron yang bergabung dengan galaksi Bima Sakti.

Tabrakan tersebut melemparkan sejumlah besar energi. Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society.

Bukti bahwa Bumi pernah diterjang dengan sinar gamma ini berasal dari temuan peneliti di tahun lalu. Tim peneliti menemukan bahwa beberapa pohon cedar kuno di Jepang, memiliki tingkat yang tidak biasa dari jenis karbon radioaktif, yang dikenal dengan sebutan karbon-14.

Tidak hanya di Jepang, di Antartika juga ditemukan lonjakan dalam tingkat bentuk berilium di es. Isotop ini tercipta ketika radiasi yang kuat menghantam atom di atas atmosfer.

Pengamatan luar angkasa menunjukkan bahwa semburan sinar gamma adalah jarang terjadi. Ilmuwan memperkirakan fenomena ledakan tersebut bisa terjadi setiap 10 ribu tahun sekali.

Tidak hanya 10 ribu tahun sekali, fenomena semburan sinar gamma juga pernah terjadi sedikitnya sekali dalam kurun waktu satu juta tahun. Apabila ledakan kosmik itu terjadi seperti di abad ke-8, maka fenomena itu konon dapat merusak satelit.

Selain itu, ledakan sinar gamma juga bisa merusak lapisan ozon Bumi dan berpengaruh buruk terhadap kehidupan di Bumi.

Sumber: Okezone.com

Rumor Kiamat Diundur Lima Tahun ke Depan?

http://astronesia.blogspot.com/
Ilustrasi

Astronesia-Tanggal yang paling dinantikan, 21 Desember 2012, dikatakan sebagai akhir dari dunia yang dikait-kaitkan juga dengan berakhirnya siklus kalender suku Maya berlalu dengan tak ada bukti "kehancuran" apapun di tanggal tersebut. Kini, rumor kembali menyeruak mengenai "penundaan" peristiwa apokaliptik tersebut, yang menyebut kiamat akan terjadi di 2017.

Dilansir Emirates247, Senin (24/12/2012), 21 Desember 2012 lewat tanpa hambatan. Rumor menyebutkan adanya "penjadwalan ulang" yang menyebut 24 Desember 2012 sebagai peristiwa kehancuran dunia. Tak jua menunjukkan tanda-tanda nyata dari bencana, kalangan pemercaya memiliki tanggal prediksi baru yang menetapkan momen apokaliptik di 1 Januari 2017.

Website Emirates247 melaporkan, orang-orang ini tidak pernah lelah untuk membuat prediksi penipuan. Selain itu, sumber juga mengatakan bahwa mereka ingin bahwa seluruh masyarakat dunia percaya omong kosong ini.

Padahal, badan antariksa Amerika Serikat NASA telah membabat 11 mitos tentang kiamat. Mereka juga mengatakan bahwa Bumi akan baik-baik saja, tidak hanya untuk beberapa tahun, tetapi miliaran tahun ke depan.

Beberapa waktu lalu, arkeolog Carmen Rojas dari National Institute of Anthropology & History Meksiko mengungkap bahwa kiamat "dijadwal ulang" pada hari ini (24/12/2012). Namun, tanggal tersebut telah terlewati dan giliran oknum yang menyebut mereka Sword of God, mengklaim kiamat ditunda hingga 1 Januari 2017.

Rojas menjelaskan teorinya terkait adanya perbedaan dua hari dari kalender suku Maya, yang tidak sesuai dengan kalender Gregorian modern atau kalender Barat. Sementara Sword of God mengungkap tanggal baru tanpa penjelasan apapun.

Klaim tidak hanya berhenti disitu, website Emirates247 juga menuliskan bahwa terdapat rumor yang menyebut 2023 merupakan tahun berakhirnya dunia. Isu apapun yang menyebut prediksi dunia akan berakhir di tanggal tertentu, akan sama seperti sebelum-sebelumnya, yakni hanya berisi kepalsuan dan kebohongan.

Sumber: Okezone.com

Kalau Besok "Batal", Kapan Kiamat Bakal Terjadi?

Ilustrasi

Astronesia-Prediksi kiamat selalu dibuat sepanjang peradaban manusia. Sejauh ini, prediksi selalu meleset. Namun, entah dengan prediksi kiamat pada Jumat (21/12/2012) besok. Lalu, kapan sebenarnya kiamat akan terjadi dan segalanya akan berakhir?

Jika kiamat dimaknai sebagai proses berakhirnya semesta, bukan sekadar berakhirnya kehidupan di Bumi, maka kiamat masih akan terjadi triliunan atau bahkan kuadriliunan tahun lagi. Ada sekian proses yang mendahului sebelum segalanya berakhir.

Ditinjau dari sudut pandang manusia, paling dekat adalah mempertanyakan, kapan batas akhir eksistensi manusia. Menurut astrofisikawan Brandon Carter, spesies manusia akan punah sekitar 11.000 tahun lagi, jauh sebelum semesta berakhir.

Setelah manusia kiamat, kehidupan Bumi masih akan terus berlangsung. Bisa jadi, Bumi dikuasai oleh makhluk serupa kecoa dan tikus yang memenangkan seleksi alam.

Kehidupan di Bumi akan berlangsung hingga Matahari menua, menjadi bintang raksasa merah dengan radius mencapai Bumi. Saat itu, Bumi akan sangat panas. Makhluk multiseluler akan punah, dan setelah beberapa lama, mikroba pun tak mampu hidup. Ini akan berlangsung 5 miliar tahun lagi.

Setelah kematian makhluk hidup, Bumi pun akan mati. Salah satu skenario, Matahari akan terus mengembang. Orbit Bumi akan menjadi lebih dekat dengan Matahari. Akhirnya, sekitar 7,5 miliar tahun lagi, Bumi akan musnah dilahap bintangnya sendiri.

Setelah menjadi bintang raksasa merah, Matahari pun akhirnya kehabisan energi. Sekitar 1 triliun tahun dari sekarang, Matahari akan mati.

Proses kematian Matahari didahului dengan perubahannya menjadi bintang katai putih. Matahari kehabisan hidrogen sehingga mulai memakai helium, oksigen, dan karbon untuk reaksi fusi. Pada akhirnya, semuanya akan habis. Matahari menjadi bintang katai hitam, dingin dan mati.

Kalau Matahari mati, bagaimana dengan tata surya? Tentu saja, tata surya akan mati. Waktunya takkan jauh dari saat Matahari mati.

Penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Science pada 22 Desember 2006 menyebutkan adanya planet yang mengitari bintang mati. Meski demikian, jika bintang mati, maka orbit planet pun akan berubah. Planet bisa saling bertumbukan. Beberapa planet keluar dari sistem.

Sekian skenario bisa jadi berbeda. Bimasakti akan bertabrakan dengan galaksi Andromeda, membentuk galaksi baru yang oleh para ilmuwan disebut Milkomedia. Ketika terjadi penggabungan, beberapa bintang mungkin terlempar keluar galaksi.

Dalam waktu selanjutnya, semesta akan kehabisan debu dan gas bahan baku bintang. Tak ada bintang baru yang lahir.

Sekitar 100 triliun tahun dari sekarang, bintang terakhir akan mati. Semua bintang menjadi katai hitam. Masa ini bisa disebut kiamat bintang.

Semua obyek nantinya akan dihisap oleh lubang hitam. Namun, lubang hitam itu sendiri tidak abadi. Stephen Hawking menyebut, lubang hitam bisa menguap. Saat hal itu terjadi pada 10(100) tahun mendatang, kiamat lubang hitam akan terjadi.

Saat lubang hitam pun akhirnya mati, maka semesta ada pada titik terdekatnya dengan kiamat segalanya. Belum diketahui apa yang akan terjadi setelahnya, apakah akan terjadi Big Bang untuk membentuk semesta baru lagi atau semesta memang akan berakhir.

Sumber: Kompas.com.

"Dongeng" Hidup Semesta, dari Lahir Hingga Kiamat

Ilustrasi timeline semesta, menggambarkan bagiamana semesta lahir dan berkembang.

Astronesia-Tak ada satu pun yang tahu dengan pasti sejarah semesta, bagaimana proses kelahiran serta kematiannya nanti. Namun demikian, astronom telah melakukan sekian penelitian untuk mencoba mendeskripsikan.

Dengan pengetahuan yang telah dimiliki saat ini, astronom mengungkapkan bahwa semesta lahir dari peristiwa yang disebut Big Bang atau Dentuman Besar 13,7 miliar tahun lalu. Sementara, semesta bisa berakhir lewat Big Freeze, Big Rip, Big Crunch ataupun Big Bounce.

Berikut rangkuman kisah semesta yang disusun oleh para ilmuwan. Tentu saja, ini bukan hal yang pasti akan terjadi. Hingga kini, penelitian terus dilakukan untuk mengonfirmasi, apa yang terjadi di masa lalu dan yang akan terjadi di masa depan.

Tahap I : Big Bang

Peristiwa kelahiran semesta dimulai dari Big Bang, berlangsung 13,7 miliar tahun lalu. Pada masa awalnya, semesta sangat panas dan padat. Partikel subatomik seperti elektron tercipta dan hancur sepanjang waktu. Semesta tersusun atas sebagian besar foton atau partikel cahaya.

Dengan semua yang terjadi, semesta masa lalu tampak buram. Cahaya tak bisa bergerak jauh. Semesta saat itu juga tidak seragam, ada fluktuasi dalam densitas dan suhu.

Tahap II : Pengembangan

Pada waktu 10(-35) detik setelah Big Bang, terjadi pengembangan semesta secara besar-besaran. Tingkat pengembangan semesta mencapai 10(60) kali dalam waktu yang sangat singkat itu. Semesta juga menjadi lebih halus.

Analoginya, semesta semula seperti bola golf yang kasar. Setelah mengembang, semesta menjadi seukuran Bumi dan lebih halus.

Tahap III : 3 Menit Setelah Big Bang

Tiga menit setelah Big Bang, semesta masih sangat panas, mencapai miliaran derajat Celsius. Materi yang menyusun semesta saat itu adalah 3/4 hidrogen dan 1/4 helium. Hingga kini, proporsi unsur tersebut di semesta juga masih sama.

Semesta masih buram saat ini, masih tersusun atas foton. Selama ratusan ribu tahun sesudahnya, semesta tetap dalam kondisi sama. Perlahan, wilayah yang lebih padat di semesta akan menarik materi dari wilayah yang kurang padat. Semesta tidak seragam.

Tahap IV : Cosmic Background Radiation

Pada 400.000 tahun setelah Big Bang, suhu semesta sekitar 3000 Kelvin. Pada suhu tersebut, atom sudah mungkin terbentuk dari elektron, proton dan neutron. Cahaya bebas bergerak, dilihat sebagai Cosmic Background Radiation (CMB). Semesta menjadi transparan.

Saat itu, wilayah semesta tak seragam secara suhu. Ada wilayah yang lebih panas dan sebaliknya. Jika dibuat suatu peta dimana suhu panas dilambangkan dengan warna merah, akan ada titik-titik merah di peta tersebut.

Tahap V : Masa Kegelapan

Masa ini berlangsung 400.000 - 400.000.000 tahun setelah Big Bang. Saat itu, semesta banyak tersusun atas gas netral. Ada wilayah yang lebih padat dengan gaya gravitasi lebih tinggi. Gravitasi lebih tinggi berarti memiliki materi lebih banyak.

Karena memiliki densitas lebih tinggi, suhunya juga lebih panas. Meski demikian, bintang belum bisa terbentuk. Semesta bisa dikatakan gelap.

Tahap VI : Bintang Pertama

Wilayah yang punya densitas lebih tinggi akan makin panas. Saking panasnya, akhirnya bisa membakar hidrogen. Demikianlah akhirnya bintang pertama terbentuk. Bintang saat itu tergolong sangat terang.

Saat bintang meledak menjadi supernova, unsur-unsur yang lebih berat dari hidrogen dan helium tercipta. Ledakan akan mengionisasi gas netral. Hidrogen pun terionisasi. Masa ini disebut reionisasi semesta.

Tahap VIII : Galaksi Pertama

Seiring waktu, zona yang punya densitas tinggi makin membesar. Bintang-bintang mengelompok membentuk galaksi. Peristiwa ini terjadi sekitar 1 miliar tahun setelah Big Bang.

Tahap IX : Evolusi Galaksi

Galaksi mengalami evolusi, saling bertumbukan, bergabung hingga membentuk galaksi baru yang lebih besar. Selain itu, galaksi juga membentuk suatu kesatuan menjadi kluster galaksi.

Salah satu teori mengatakan, semesta terus mengembang. Galaksi menjadi lebih jauh satu sama lain dan kemungkinan tumbukan lebih kecil. Semesta yang terus mengembang membuat para astrofisikawan berpikir tentang eksistensi Energi Gelap yang menyusun 3/4 semesta.

Tahap X : Tata Surya

Tata Surya terbentuk 9 miliar tahun setelah Big Bang, dimulai dengan terbentuknya Matahari. Bumi terbentuk kemudian. Beberapa miliar tahun lagi, makhluk hidup tercipta di Bumi. Manusia yang juga akhirnya tercipta mulai bertanya-tanya tentang asal-usul semesta.

Tahap XI : Masa Depan

Masa depan tentu belum pasti. Tetapi, astronom telah memiliki beberapa skenario. Sekitar 11.000 tahun lagi, spesies manusia diprediksi punah. 5 miliar tahun lagi, Matahari mulai menua, menjadi bintang raksasa merah sehingga Bumi panas dan makhluk hidup di Bumi musnah.

Bumi sendiri akan hancur dilahap Matahari sekitar 7,5 miliar tahun dari sekarang. Sementara itu, Matahari akan mati kemudian. Bintang terakhir akan berhenti bersinar 100 triliun kemudian. Akhirnya, segalanya akan terjadi dalam waktu 10(100) tahun dari saat ini setelah lubang hitam menguap. Semesta akan berakhir lewat beberapa skenario, Big Freeze, Bg Rip, Big Crunch atau Big Bounce. 

Sumber: Kompas.com

Big Rip, Semua Terpisah Jauh Saat Kiamat

http://astronesia.blogspot.com/
Ilustrasi

Astronesia-Teori akhir masa yang diungkapkan pertama kali pada tahun 2003 menyatakan, semesta akan berakhir dalam Big Rip. Big Rip adalah Big Freeze yang ekstrem, dimana semesta sangat-sangat dingin dan semua objek terpisah jauh.

Kiamat semesta dalam teori ini terkait dengan energi gelap. Adanya energi gelap yang menentang gaya gravitasi membuat semesta terus mengembang tanpa batas, berbeda dengan yang dinyatakan pada teori Big Crunch.

Dalam Big Freeze, energi gelap bernilai konstan. Sementara, dalam Big Rip, energi gelap mengalami peningkatan. Konsekuensinya, semesta dalam teori Big Rip mengembang secara dipercepat. Objek di semesta menjauh lebih cepat.

Mungkinkah kiamat macam ini terjadi? Syaratnya adalah energi gelap itu sendiri. Jika ilmuwan berhasil membuktikan bahwa kekuatan energi gelap terus meningkat, mengembangnya alam semesta dapat lebih cepat dan Big Rip mungkin terjadi.

Observasi dengan Chandra X Ray Observatory menunjukkan, energi gelap tidak tumbuh kekuatannya. Dengan demikian, Big Rip tampaknya tak mungkin terjadi. Selain Big Rip, dikenal pula teori semesta lain, Big Crunch dan Big Bounce. 

Sumber: Kompas.com

Big Freeze, Skenario Kiamat Semesta Paling Mungkin

http://astronesia.blogspot.com/
Ilustrasi

Astronesia-Ada skenario akhir semesta yang disebut Big Freeze. Skenario ini kadang juga disebut "Heat Death" atau matinya panas alias energi. Dalam teori ini, kiamat terjadi sebagai konsekuensi karena proses mengembangnya semesta yang tanpa batas.

Istilah Heat Death yang menjadi nama lain teori ini berasal dari gagasan bahwa dalam sistem yang terisolasi, entropi atau sederhananya terkait dengan energi per satuan temperatur akan terus meningkat hingga mencapai nilai maksimum.

Pada saat entropi mencapai maksimum, panas akan terdistribusi merata di wilayah yang sangat luas, tak mengizinkan adanya ruang yang memungkinkan penggunaan energi. Saat itu, gerak mekanik dalam suatu sistem takkan mungkin.

Skenario akhir masa dalam Big Freeze berlawanan dengan Big Crunch. Dalam Big Crunch, semesta akan menjadi sangat mampat, membentuk lubang hitam sangat besar. Sementara itu, dalam Big Freeze, semesta menjadi sangat gelap dan dingin.

Untuk menentukan skenario mana yang lebih mungkin, ilmuwan harus menggali data tentang densitas, komposisi, dan bahkan bentuk semesta. Ada yang disebut densitas kritis. Jika nilai densitas yang ditemukan lebih rendah, skenario Big Freeze menjadi mungkin.

Sejauh ini, pengukuran oleh Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) yang menangkap Cosmic Microwave Background Radiation (CMBR) mengindikasikan bahwa densitas jauh lebih kecil daripada densitas kritis. Dengan demikian, ilmuwan menyatakan, Big Freeze adalah skenario kiamat semesta yang paling mungkin. Kapan terjadinya? Masih triliunan tahun lagi. Selain Big Freeze, masih ada teori akhir semesta lain yang disebut Big Bounce dan Big Rip. 

Sumber: Kompas.com

Big Bounce, Tak Ada Kiamat, Cuma Reinkarnasi

Simulasi menunjukkan, semesta berkembang seperti otak raksasa. Ada hukum dasar yang mengendalikannya.

Astronesia-Bila Buddhisme mengenal reinkarnasi, demikian pula astronomi dan kosmologi. Salah satu teori dalam kosmologi adalah Big Bounce yang menguraikan bahwa tak ada kiamat semesta atau akhir masa. Yang ada hanya reinkarnasi. Big Bounce juga kadang ditandingkan dengan Big Bang sebagai teori penciptaan semesta.

Big Bounce terkait dengan teori Big Bang atau kelahiran semesta 13,7 miliar tahun yang lalu serta teori Big Crunch yang menguraikan bahwa suatu saat semesta akan berhenti mengembang dan terus menyusut hingga menjadi satu kesatuan.

Menurut teori Big Bounce, Big Bang dan Big Crunch adalah suatu proses kehidupan semesta yang berupa siklus. Semesta tercipta lewat Big Bang, mengembang, menyusut, mati dalam bentuk Big Crunch hingga akhirnya terlahir kembali lewat Big Bang. Big Crunch akan selalu diikuti Big Bang.

Kebenaran Big Bounce sangat tergantung dari ada tidaknya Big Crunch. Sementara Big Crunch sendiri mensyaratkan adanya nilai densitas yang lebih tinggi dari nilai tertentu, atau disebut densitas kritis. Tanpanya, Big Crunch takkan terjadi.

Sejauh ini, penelitian menunjukkan adanya materi gelap yang membuat semesta terus mengembang. Gaya karena adanya materi gelap mengalahkan gaya gravitasi yang diprediksi membuat semua obyek semesta tertarik dalam Big Crunch.

Dengan demikian, masih sulit untuk memercayai akan adanya Big Bounce, semesta yang mengalami reinkarnasi. Big Bounce hanyalah salah satu teori yang menguraikan nasib semesta, masih ada teori lain, yaitu Big Crunch serta Big Rip.

Akankah manusia mampu membuktikan akan ada atau tidaknya Big Bounce. Satu-satunya cara adalah mengalaminya. Lima miliar tahun mendatang, Matahari akan menjadi bintang raksasa merah, membuat kehidupan di Bumi musnah. Manusia tak akan mengalami Big Bounce kecuali bisa survive dari kiamat Bumi dan hidup hingga triliunan tahun mendatang. 

Sumber: Kompas.com

Big Crunch, Saat "Kiamat" Semesta Sangat Mampat

http://astronesia.blogspot.com/

Astronesia-Semesta diyakini bermula dari sebuah ledakan besar yang disebut Big Bang sekitar 13,7 miliar tahun lalu. Bagaimana dengan akhir semesta? Apakah ilmu pengetahuan memang mengenal yang disebut kiamat?

Ada satu teori yang dikembangkan untuk menguraikan nasib semesta. Salah satunya disebut Big Crunch. Menurut teori itu, semesta akan berakhir menjadi kesatuan yang sangat mampat. Situasi tersebut mungkin bisa disebut kiamat.

Berdasarkan teori Big Crunch, semesta akan mengembang sebagai konsekuensi dari Big Bang. Namun, pengembangan tak akan terus-menerus terjadi. Pada suatu titik, semesta akan berhenti mengembang dan menyusut. Semua akan ditarik hingga hanya tersisa lubang hitam terbesar.

Untuk bisa membenarkan teori ini, beberapa ciri semesta perlu diterangkan. Salah satunya soal densitas semesta. Harus ada yang disebut densitas kritis untuk menerangkan bahwa semesta bisa mampat lagi setelah mengembang.

Semula, ilmuwan mengatakan, Big Crunch mungkin terjadi. Ilustrasinya, seperti bola yang dilempar ke atas dan pada suatu titik akan berhenti dan jatuh. Begitu pula semesta, gaya gravitasi akan menang dan menarik semua obyek pada akhirnya.

Hingga saat ini ilmuwan menemukan bahwa semesta terus-menerus mengembang. Ada energi gelap yang membuat semesta mengembang dan obyeknya menjauh. Teori Big Crunch mulai goyah. Kemungkinan semesta takkan mati kecil.

Ilmuwan kini masih terus mencari tahu dan memperkirakan nasib semesta pada akhirnya. Sains belum menemukan jawaban yang pasti. Big Crunch hanyalah salah satu teori. Masih ada teori lain, seperti Big Rip dan Big Bounce.

Jika semesta memang akan mati, maka berdasarkan prediksi, waktunya masih sekitar 100 triliun tahun ke depan. Saat itu, bintang terakhir akan padam. Kelahiran bintang baru tak dimungkinkan. Semesta menjadi sangat gelap dan dingin. 

Sumber: Kompas.com

5 Kegilaan Demi Selamat dari Kiamat 2012

http://dailytorn.blogspot.com/
Nubuat dunia berakhir pada 21 Desember 2012 sudah dibantah banyak pihak. Seperti NASA, ulama Islam, dan ilmuwan. Bahkan sesepuh suku Maya juga menampik isu itu.

Namun masih banyak orang yang yakin akan prediksi itu. Bukan hanya percaya, mereka juga menyiapkan diri agar selamat dari kiamat, dengan cara yang tak masuk akal.

1. Membangun Bahtera Nuh
Lu Zhenghai, seorang warga Cina menghabiskan uang tabungannya sebanyak US$ 160 ribu atau setara Rp 1,5 miliar untuk membangun Bahtera Nuh. Kapal sepanjang 19 meter dan seberat 72.572 kilogram itu berguna untuk melindungi Zhenghai dan keluarganya dari banjir bandang.

"Kapal ini dibangun dari kayu dan baja," tulis The Week, Senin, 17 Desember 2012. "Belum jelas apakah Zhenghai bakal mengangkut hewan-hewan ke perahu itu."

2. Menjadikan bus sekolah sebagai perlindungan dari radiasi
Bruce Beach adalah mantan guru sekolah menengah atas di Ontario, Kanada. Berusia 78 tahun, Beach tidak asing dengan tempat persembunyian. Sebab di era 60-an, ia telah membangun satu tempat penampungan guna berlindung dari krisis rudal Kuba.

Pada 1980, Beach sudah selesai membangun labirin yang dinamakan Ark Two. berada di bawah tanah, tempat persembunyian ini terdiri dari 42 bus sekolah. Bahkan tiap ruang dilengkapi dengan dapur, kamar mandi, serta kasur terpisah bagi anak-anak dan orang dewasa.

"Kamar Ark Two saya sewakan bagi mereka yang membutuhkannya," kata Beach ke Canadian Press.

3. Merancang bola raksasa
Tidak mau kalah dengan rekan senegaranya, Yang Zangfu, asal Cina, merancang bola raksasa. Dengan berat 3 ton atau sekitar 2.721 kilogram, bola kuning itu berdiameter 13 meter dan memiliki sebuah lubang.Disebut Atlantis, bola ini dianggap dapat melindung Yang dari gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami, dan krisis nuklir.

4. Beli perkakas keselamatan seharga Rp 3 miliar
Satu warga Australia, Robert Bast, membelanjakan US$ 350 ribu atau Rp 3,3 miliar untuk makanan, air, kompor gas, generator, dan mobil bak terbuka. Semua perkakas itu diangkut Bast ke sebuah bukit setinggi 1.500 meter dari permukaan laut. Dia juga memboyong istri dan ketiga anaknya.

"Saya yakin akan ada bencana alam," kata Bast ke CNN. "Entah itu disebabkan Matahari yang menghancurkan jaringan listrik, epidemi flu yang membunuh jutaan orang, pergeseran kutub bumi, ataupun komet yang menabrak Bumi."

5. Menimbun lebah madu
Kathy Horrison, seorang ibu rmah tangga asal New England. Menghadapi hari akhir, ia memilih menimbun lebah madu. Alasannya, lebah bisa menghasilkan madu, makanan yang mampu menjaga ketahanan tubuh. "Lebah juga dapat menjadi alat barter," kata Harrison.
 
Sumber: Dailytorn.blogspot.com

Mampukah Manusia Lari dari Kiamat?

http://astronesia.blogspot.com/

Astronesia-Kiamat oleh beberapa kalangan diprediksikan akan terjadi pada Jumat (21/12/2012) nanti. Jika kiamat terjadi saat itu, kemungkinan besar spesies manusia memang akan punah. Namun, jika kiamat terjadi kali lain, mampukah spesies manusia menyelamatkan diri?

Salah satu teori kepunahan massal di Bumi yang dikenal dalam ilmu pengetahuan adalah berubahnya Matahari menjadi bintang raksasa merah karena menua dan kehabisan energi. Peristiwa tersebut akan terjadi sekitar 5 miliar tahun kemudian.

Jika kiamat yang dimaksud adalah apa yang akan terjadi saat Matahari menua, maka kesempatan manusia untuk menyelamatkan diri, menurut dosen kosmologi Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB), Premana W Premadi, "Mungkin saja. Ini bukan sesuatu yang sangat mustahil".

Nana mengatakan, "Jika kita berbicara hal ini, maka terkait dengan bagaimana manusia sebagai makhluk berakal mengupayakan diri untuk membuat teknologi. Kita bisa saja mengembangkan pesawat ulang alik untuk terbang ke planet lain atau bulan planet di Tata Surya."

Kemungkinan manusia untuk menyelamatkan diri di masa itu boleh jadi sangat besar. Kini, manusia sudah bisa mengembangkan pesawat ke luar angkasa. Antara tahun 2025-2030, telah ada target untuk mendarat di Mars. Lima miliar tahun mendatang, terbang ke planet lain bisa jadi dianggap mudah.

Tujuan eksodus

Melarikan diri dari kiamat mungkin terdengar futuristik dan sangat mustahil. Namun, tanpa sadar manusia telah mengembangkan teknologi untuk mengupayakannya. Manusia juga sudah punya pengetahuan untuk menetapkan tujuan pelarian.

Salah satu tempat yang bisa dituju adalah Mars, planet "favorit" manusia saat ini. Christopher McKay, peneliti dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat NASA mengatakan bahwa manusia bisa mengatasi kendala lingkungan Mars dan hidup nyaman selama 4,5 miliar tahun tambahan.

McKay seperti diberitakan Discover Magazine, 28 Februari 2012, mengatakan, manusia bisa memproduksi gas rumah kaca di Mars, menghangatkan iklim Mars hingga air di planet itu mencair dan atmosfernya lebih mendukung.

Jika Mars sudah tak mendukung, manusia bisa pergi ke bulan Jupiter, Europa. Saat Europa tak lagi mendukung, bulan Saturnus, Titan, bisa menjadi tujuan selanjutnya. Setidaknya, manusia bisa tinggal di Tata Surya sebelum bintang raksasa merah berubah menjadi katai coklat.

Selain planet-planet di Tata Surya, manusia juga bisa menuju planet lain di Galaksi Bimasakti. Salah satunya adalah planet di bintang Proxima Centauri. Bintang itu merupakan katai merah yang bisa berumur 4 triliun tahun dan berjarak 4,2 tahun cahaya dari Bumi.

Saat ini memang belum dikonfirmasi adanya planet yang mendukung kehidupan di sekitar Proxima Centauri. Namun, katai merah adalah bintang yang umum di Bimasakti. Jika Proxima Centauri memang tak menyediakan planet layak huni, masih banyak pilihan lain.

Astronom memprediksikan, semesta akan "mati" 100 triliun tahun kemudian. Saat itu, semesta menjadi sangat gelap dan dingin. Namun, dalam kondisi semesta tersebut, manusia masih mampu mengupayakan kehidupan.

Perkembangan terbaru dalam kosmologi menunjukkan, semesta tidak cuma satu, diperkirakan bisa mencapai 10.500. Manusia bisa menuju semesta lain melewati wormhole, semacam gerbang ke semesta lain.

Nah, ada banyak skenario yang bisa disusun manusia untuk selamat dari bencana besar. Anda percaya manusia bisa mengupayakannya? 

Sumber: Kompas.com

Kiamat Dalam Perspektif Kosmologi

iLustrasi

Astronesia-Isu kiamat yang bermula dari pemahaman akan penanggalan suku Maya merebak dalam beberapa tahun terakhir. Jumat (21/12/2012) dikatakan sebagai hari akhir ketika Bumi akan mengalami kehancuran dan makhluk hidup di dalamnya akan musnah.

Beberapa kalangan yang percaya akan ramalan tersebut menyusun berbagai persiapan. Ada yang membuat bahtera Nuh di China hingga menyiapkan ritual khusus. Sementara kalangan ilmuwan membantah bahwa kiamat akan terjadi Jumat nanti. Kiamat 2012 adalah kesalahan interpretasi.

Satu hal yang masih akan tetap mengusik walaupun kiamat 2012 tak terjadi adalah, apakah memang akan ada hari kiamat. Bagaimana ilmu pengetahuan, khususnya kosmologi, menerangkan satu peristiwa yang paling membuat umat manusia penasaran ini?

Premana W Premadi, peneliti bidang kosmologi dari Jurusan Astronomi, Institut Teknologi Bandung (ITB), mengatakan, kiamat bisa diterangkan tergantung pada pemahaman manusia akan peristiwa kiamat itu sendiri.

"Jika kiamat dimaknai secara naif sebagai kepunahan makhluk hidup di Bumi, itu bisa terjadi akibat banyak sebab. Misalnya ada asteroid yang menumbuk Bumi seperti yang terjadi 100 juta tahun lalu," kata Nana.

Namun, Nana mengungkapkan bahwa kiamat bisa dimaknai lebih luas, terkait dinamika Matahari, dinamika galaksi maupun semesta dalam skala lebih luas, apakah memang ada proses yang merupakan kebalikan dari Big Bang.

Menurut Nana, kehancuran di Bumi telah diperkirakan secara saintifik oleh para astronom, terkait dengan dinamika dan terus menuanya Matahari. Nantinya, Matahari akan menjelma menjadi bintang raksasa merah.

"Secara saintifik, kiamat bisa terjadi saat Matahari nanti berubah menjadi bintang raksasa merah. Matahari akan memuai sehingga radiusnya bisa mencapai Bumi. Saat itu, makhluk hidup di Bumi akan musnah," terangnya.

Peristiwa itu diperkirakan terjadi 5 miliar tahun lagi. Meski demikian, "ribut-ribut" itu hanya akan terjadi di Bumi dan Tata Surya. Bagian lain dari galaksi Bimasakti akan tenang-tenang saja dan melanjutkan kehidupannya.

Dalam skala lebih luas, kehancuran mungkin bisa terjadi sekitar 7 miliar tahun lagi. "Saat itu, galaksi Andromeda akan bertabrakan dengan Bimasakti. Tapi, ini juga hanya di Bimasakti. Semesta memiliki ribuan galaksi," ungkap Nana.

Triliunan tahun kemudian, astronom telah memprediksikan bahwa semesta akan sangat tua. "Triliunan tahun kemudian, bintang terakhir akan berhenti bersinar karena kehabisan bahan bakarnya," tutur Nana saat dihubungi Kompas.com, Selasa (18/12/2012).

Nana mengungkapkan, semesta akan terus mengembang. Saat itu, laju pertumbuhan bintang hampir mendekati nol, tak ada bintang baru yang lahir. Ketika bintang terakhir mati, Nana mengatakan, "Saat itu mungkin juga bisa dikatakan kiamat, meskipun tidak yang meledak-ledak."

Apa yang akan terjadi setelah bintang terakhir "padam" nanti? Hingga saat ini, masih sulit untuk memperkirakannya, apakah akan ada proses di mana semesta baru tercipta atau akan terjadi semacam "daur ulang" dari semesta saat ini.

"Ada teori yang mengungkapkan bahwa semesta dapat berkembang dan pada suatu titik kolaps lagi," kata Nana. Jika hal ini terjadi, maka semesta yang akan dapat mampat lagi dan bintang-bintang baru dapat tercipta. Semesta yang semula mengalami "kiamat" bisa hidup lagi.

Namun, Nana mengungkapkan bahwa teori tersebut kurang didukung. Sejauh ini, dipercaya bahwa semesta akan terus-menerus mengembang tanpa batas. Pada saatnya nanti, semesta akan menjadi sangat dingin dan gelap. 

Sumber: Kompas.com

Ilmuwan: Mitologi Tak Kenal Kiamat

Ilustrasi

Astronesia-Beberapa ilmuwan asal Amerika menyatakan banyak masyarakat salah persepsi tentang kalender maya. Kiamat yang diramalkan terjadi pada 21 Desember 2012 nanti, dianggapnya hanyalah permulaan dari sebuah fase baru. Dalam kalender Maya, fase baru ini disebut baktun.

"Maya tak memprediksi akhir dunia, tapi pembaruan secara konstan," ujar ilmuwan David Stuart pada USA Today, Sabtu, 15 Desember 2012. Maka itu ia menyarankan bahwa orang-orang tak panik menjelang 21 Desember, seperti misal berhenti kerja, menjual rumah, atau melampiaskan dendamnya.

"Orang cemas terhadap hal yang salah," ujar fisikawan Amerika, Max Tegmark menambahkan. Ia saat ini sedang mengerjakan sebuah penelitian yang mengatakan bahwa kiamat baru akan terjadi puluhan miliar tahun lagi dari sekarang. Ia menyarankan daripada khawatir pada kiamat, lebih baik cemas akan kecerdasan komputer yang bisa tak terkontrol beberapa dekade ke depan.

Peneliti Suku Maya, William Saturno menyatakan Maya dalam mitologinya tak mengenal sebuah akhir. Kalendernya menggambarkan siklus tanpa akhir. Ia bersama Stuart sedang mengerjakan penelitian tentang kebenaran ramalan tersebut.

Simpulan sementara adalah, ramalan tersebut diperuntukkan bukan untuk umat manusia. Melainkan ramalan tentang pemimpinnya. Ramalan itu sudah terjadi sejak 660 Masehi. Sampel penelitiannya adalah sebuah studi gua stalaktit di Belize. Di sana terdapat banyak peninggalan catatan sejarah Suku Maya.

Seorang arkeolog Amerika, Lisa Lucero menegaskan bahwa kiamat tak akan terjadi tahun ini. "Yang pasti, ramalan itu meningkatkan turisme di Meksiko, Guatemala, dan Belize," ujarnya. Di tiga wilayah tersebut, masih banyak terdapat Suku Maya. Sekitar enam juta orang Maya kini hidup di sekitar wilayah Amerika Tengah. Akibat ramalan tersebut, banyak orang terpesona untuk langsung bertemu dengan ahli waris bangsa peramal itu.

Mendekati ramalan kiamat Maya, orang-orang mulai banyak yang berhalusinasi tentang ramalan tersebut. Ada yang percaya bahwa kiamat muncul saat planet Nibiru muncul. Planet ini berisi para pengembara yang akan menghabisi seluruh umat manusia. Halusinasi lain adalah kiamat diciptakan oleh fisikawan Eropa yang membuat eksperimen sehingga bumi ditelan libang hitam.

Sumber: Tempo.co

Arsip Blog